Menko Polhukam Ajak Para Kiai Sadarkan Masyarakat Madura Soal Bahaya Covid-19

DKI Jakarta158 Dilihat

Investigasibbayangkara.com, Jakarta – Menko Polhukam Mahfud MD menyadari peran penting Alim Ulama setempat sebagai panutan warga, dan mengajak para Kyai di Kabupaten Bangkalan, Madura untuk bersama-sama menyadarkan masyarakat akan bahaya Covid-19.

“Kita melihat fakta, kebanyakan yang dibawa ke Rumah Sakit sudah parah, untuk mencegah itu, agar para ulama mensosialisasikan bahwa tes swab itu penting untuk mengetahui dan agar dapat mencegah,” ujar Menko Polhukam dalam acara Silaturahmi dengan Alim Ulama dalam rangka Penanganan Covid-19 di Kabupaten Bangkalan, Madura (15/6).

Dalam kegiatan ini, Menko Polhukam hadir bersama Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa, dan Bupati Bangkalan, R. Abdul Latif Amin Imron. Silaturahmi ini dihadiri oleh para Kyai dari se-Bangkalan.

Dalam sambutannya, Bupati Bangkalan, R. Abdul Latif Amin Imron, mengatakan, bahwa kondisi saat ini masyarakat Sebagian besar masyarakat tidak mau ke rumah sakit, namun setelah parah baru ke rumah sakit dan meninggal. Sehingga muncul kesimpulan, jangan ke rumah sakit karena pasti mati.

“Disini kita perlu meminta Kiai-kiai untuk sadarkan masyarakat karena Sebagian besar tidak mau swab. Bahkan ada tiga pesantren mau diswab, satu pesantren gagal karena semua santrinya kabur,” ujar Bupati.

Dari kejadian ini, Menko Mahfud ingin menggunakan pendekatan lokal. Karena kiai atau tokoh alim ulama, itu yang paling menjadi panutan dan paling didengar dan dipatuhi masyarakat.

“Jangan kita masih anggap Covid itu main-main, lihat contoh kasus yang terjadi peningkatan dalam 24 jam di India. Indonesia juga saat ini sudah peringkat 18 dunia dan sampai saat ini sudah mencapai 1,9 juta kasus,” demikian dijelaskan Mahfud dalam paparannya.

Pemerintah menurutnya, bukan tidak berbuat apa-apa, pemerintah melakukan kebijakan sudah berdialog dan meminta pendapat ulama seperti NU, Muhammadiyah dan MUI. “Namun masyarakat kita ini, apalagi di Bangkalan, kalau tokoh agama mencontohkan, dan bicara, mereka pasti ikut!” ujar Mahfud.

Dalam sesi diskusi dengan menghadirkan pakar kesehatan dari Universitas Airlangga Prof. Abdurrahman, yang juga putera asli kelahiran Bangkalan, Madura, serta Kiai Imam Bukhori Kholil, antara lain dibahas bahwa banyak Kyai sepuh, bahkan Kyai muda wafat karena Covid, ini menjadikan pegangan pilar-pilar kehidupan kita bisa jadi goyah. Semua akibat umumnya karena virus Covid-19. Sehingga semua sepatutnya mengambil contoh menghindari penyakit thoun zaman Nabi dahulu, semata-mata dalam rangka menjaga jiwa.

Gubernur Jawa Timur , Khofifah Indar Parawangsa, pada kesempatan itu berterimakasih kepada Menko yang telah mempertemukan para pemangku kepentingan terkait penananganan Covid-19. “Karena lonjakan Covid di Bangkalan, terkoneksi langsung dengan Surabaya, antara lain karena Suramadu.” Kasus aktif COVID-19 di Jatim saat ini sebanyak 2.731. Meningkat 80 persen sejak awal lebaran. Kasus aktif di Bangkalan sendiri melonjak menjadi terbanyak di Jatim saat ini sebanyak 451.

Salah satu Kyai yang hadir, KH Ahmad Romli Fakhri dari Kecamatan Kokop, Bangkalan, mengatakan bahwa, ia senang atas pertemuan dengan Menko ini, dan menekankan perlunya Kyai untuk menyadarkan masyarakat, menurutnya selama ini masyarakat lebih percaya bahwa Covid-19 itu hoax, dan banyak informasi tidak benar lainnya tentang Covid di masyarakat. Sehingga, Alim ulama harus menjadi terdepan dalam mensosialisasikan fakta sesungguhnya tentang Covid-19 dan upaya pencegahannya. (*)