Semarang, 14 Februari 2025 – Duel maut antara dua pelajar SMK di Semarang terjadi pada Rabu, 12 Februari 2025. Kejadian tragis ini berlangsung di Jalan Barito, tepatnya di depan SMK Dr. Cipto, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Semarang Timur. Peristiwa tersebut mengakibatkan seorang pelajar tewas akibat luka bacok, sementara pelaku berhasil melarikan diri sebelum akhirnya ditangkap oleh pihak kepolisian.
Kronologi Kejadian
Insiden ini bermula dari perselisihan antara APW (17), pelajar SMKN 10 Semarang, dan Muhammad Rizki (18), pelajar SMKN 3 Semarang. Keduanya saling menantang untuk berduel melalui pesan di Instagram dan sepakat bertemu di lokasi kejadian.
Saat pertemuan, masing-masing pihak membawa senjata tajam jenis celurit dan datang dengan ditemani beberapa teman. Sebelum duel dimulai, mereka melakukan ‘tos’ dengan senjata sebagai tanda dimulainya perkelahian.
Duel berlangsung singkat, hanya sekitar dua menit. Dalam pertarungan tersebut, APW mengalami luka parah akibat sabetan celurit di punggung yang menembus paru-parunya. Meskipun sempat dilarikan ke rumah sakit oleh teman-temannya, nyawa APW tidak dapat diselamatkan.
Motif dan Penyidikan Polisi
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Syahduddi, mengungkapkan bahwa kedua sekolah tersebut memang sering terlibat tawuran. Duel maut ini diduga merupakan kelanjutan dari permusuhan yang sudah ada sebelumnya.
Setelah kejadian, pelaku melarikan diri ke Kabupaten Tegal. Namun, pada Kamis, 13 Februari 2025, pihak kepolisian berhasil menangkap Muhammad Rizki di daerah Cepiring, Kendal, saat dalam perjalanan kembali ke Semarang. Atas perbuatannya, pelaku dikenakan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.
Imbauan Kepolisian
Menanggapi peristiwa ini, pihak kepolisian mengimbau para pelajar untuk tidak terlibat dalam aksi kekerasan dan menyelesaikan masalah dengan cara damai. Selain itu, orang tua serta pihak sekolah diharapkan lebih proaktif dalam mengawasi serta membimbing siswa agar tidak terjerumus dalam tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Kasus ini menjadi peringatan keras tentang bahaya konflik antar pelajar yang berujung pada kekerasan dan hilangnya nyawa. Pihak berwenang kini terus melakukan penyelidikan lebih lanjut guna mencegah kejadian serupa terulang kembali.